SELAMAT DATANG DI BLOG IKAPPI (IKATAN ALUMNI PONDOK PESANTREN IBADURRAHMAN)DAN SELALU IKUTI PERKEMBANGAN KAMI DI BLOG INI _SEMOGA SUKSES SELALU UNTUK KITA_

Jumat, 05 Juli 2013

0 Garuda terkungkung di alam merdeka


Garuda terkungkung di alam merdeka


ust. reza abd fattah


Sudah 6 dekade bumi pertiwi terbebas dari cengkraman para penjajah, dan sang garudapun "seharusnya" bebas terbang setinggi-tingginya melintasi cakrawala kehidupan, meski pada masa awal masa terbangnya ia tergopoh-gopoh karena harus menyelamatkan sayapnya dari agresi sebuah negara yang telah menjajahnya selama kurang lebih 3,5 abad namun ia mampu menjaga kepakan sayapnya untuk berusaha terbang lebih tinggi sebagai bangsa yang merdeka.

Leluhur kita pun tak sungkan mempertaruhkan hidupnya demi kepakan sayap sang garuda. Ini bukan tentang murahnya nyawa, tapi ini harga diri bangsa.

6 dekade berlalu, kini sang garuda kembali disambangi bangsa yang dulu pernah menjad tuannya, tuan yang bengis dan tak berperikemanusiaan. Meski kunjungan kali ini bukan lagi sebagai tuan dan budak yang mana sang tuan bisa memperlakukan budaknya semaunya, namun tetap saja kunjungan kali ini masih berbau sinisme dan sikap "ketidak sudian" sang tuan atas kemerdekaan budaknya, karena memang dalam sejarahnya sang mantan tuan baru mengakui kemerdekaan sang garuda pada tanggal 16 Agustus 2005.

Layaknya seorang anak kecil yang tak sudi bahwa mainan yang ia rampas kembali ke tangan pemiliknya, maka seperti itulah apa yang terjadi dalam lawatan mantan tuan itu.

Memang terkesan sepele masalahnya, yaa,,, masalahnya adalah sulaman benang yang menjadi rangkaian busana. Akan tetapi bukankah sulaman benang itu yang menjadikan manusia bisa bernilai beda di hadapan yang lainnya? bukankah rangkaian benang pula yang menyelimuti manusia di sebuah lebar berukuran minimal 2x1 meter? (meskpun catatan ini bukan untuk berbicara rangkaian benang putih yang menemani kita di lubang kubur).

Mungkin kita semua sudah tahu bahwa sang garuda harus menanggalkan pakaian kebesarannya di rumah sendiri di hadapan mantan tuan yang kini menjadi tamunya. Meskipun si tamu beralasan salah membawa pakaian namun alasan ini seakan begitu dipaksakan, jika tak mau dibilang sengaja. Dan yang lebih menyakitkan lagi segelintir orang menganggap ini biasa, bahkan banyak anak bangsa ini yang bersorak gembira dan begitu riang saat si tamu mengambil "telur ketiga" dari sarang garuda yang notabenenya yang menjadi bumi pertiwinya... Sungguh Ironis....

Ini bukan tentang ketoleransian dan memberikan jamuan maksimal untuk sang tamu, dan tulisan inipun bukan untuk provokasi dan menyebarkan kebencian, namun ini tentang harga diri yang harus dipertahankan dan dibela sampai mati.

tidakkah kita ingat bahwa leluhur kita sampai harus sembunyi-sembunyi saat ingin mengibarkan merah putih di masa mereka terjajah? sehingga ada istilah "NAIK CONGCIT" di mana setiap orang yg ingin memasang atap rumah lalu mereka memasang bendera di bentangan kayu utama atap agar tersembunyi dari penjajah? Bukankah siapapun pada saat itu yg mengibarkan merah putih lalu ketahuan oleh penjajah akan ditembak mati? Lalu kenapa saat garuda ini telah lepas bebas dari sangkar penjajah kita harus rela menanggalkan lambang kebesaran kita di rumah sendiri, di bumi yang merdeka? Jika ada golongan yang menganggap masalah ini masalah kecil, bukankah lebih kecil untuk memberi tahu si tamu bahwa merah putih adalah kebesaran kita???????

Ya lagi-lagi hal ini menunjukan bahwa elemen bangsa ini masih banyak yang belum dewasa meski usia bangsa ini sudah tua, dan masih lebih dewasa leluhur kita meski bangsa ini saat itu masih muda bahkan sejak belum terlahir.

Sekarang ini menjadi pelajaran bagi kita semua tentang arti pentingnya mencintai bangsa ini, mempertahankan kedaulatan dan harga dirinya sampai titik darah penghabisan...

Semoga bangsa ini kelak diisi oleh manusia-manusia yang mencintainya dan menghidupinya bukan yang mencari hidup darinya...

0 komentar:

 

ikappi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates