SELAMAT DATANG DI BLOG IKAPPI (IKATAN ALUMNI PONDOK PESANTREN IBADURRAHMAN)DAN SELALU IKUTI PERKEMBANGAN KAMI DI BLOG INI _SEMOGA SUKSES SELALU UNTUK KITA_

Senin, 15 Oktober 2012

0 Empat Fungsi Berkurban

Pada bulan Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha, ada dua kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam. Pertama, melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi golongan orang-orang yang mampu. Kedua, menyembelih hewan kurban juga bagi yang mampu, baik bagi umat Islam yang ada di Indonesia maupun yang tengah melaksanakan ibadah haji.
Ada empat fungsi berkurban. Pertama, tasyakkur. Artinya bersyukur kepada Allah atas limpahan anugerah dan karunia-Nya kepada kita, baik berupa harta, kesehatan, maupun panjang umur, sehingga kita bisa tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan, “Sungguh kami telah memberikan nikmat yang banyak kepadamu, maka laksanakanlah shalat untuk Tuhan-Mu dan berkurbanlah.”
Kalau shalat sudah kita laksanakan setiap hari. Tapi berkurban, hanya setahun sekali. Meskipun begitu, masih banyak orang yang sebenarnya mampu tetapi tidak mau berkurban. Padahal pahala bagi orang yang berkurban sungguh besar sekali. Nabi Muhammad melukiskan besarnya pahala berkurban, dari tiap-tiap bulu bintang tersebut merupakan satu kebaikan.
Sebaliknya Nabi Muhammad memberikan ancaman terhadap orang-orang yang tergolong mampu berkurban tetapi tidak melaksanakan. “Barang siapa yang memiliki keleluasaan (mampu) untuk berkurban, tetapi dia tidak berkorban, maka sekali-kali jangan mendekati mushollaku.”
Berkurban juga sebagai ungkapan syukur atas nikmat sehat jamani dan rohani yang kita rasakan hingga saat ini. Apalah artinya makanan yang nyaman, gurih, dan lezat jika dalam keadaan sakit. Apalagi penyakit yang diderita itu berupa penyakit ginjal yang harus cuci darah setiap minggunya, yang biayanya tidak murah. Dengan begitu sangat murah jika ungkapan syukur sehat kita itu selama setahun hanya berkurban kambing sekitar Rp 1 juta – Rp 1,5 juta.
Kedua, tujuan berkurban untuk taqorrub, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Memang masih ada sebagian orang yang berkurban bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah melainkan hanya sekedar pamer, mencari pujian, dan untuk menunjukkan dirinya masih banyak uang agar disebut dermawan. Niat yang salah tidak apa-apa yang penting dia mau berkurban. Cepat atau lambat kesalahan niat tersebut bisa diperbaiki.
Tujuan kita beribadah, termasuk berkurban memang tidak ada lain kecuali dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Jika kita berusaha mendekat kepada Allah, maka Allah pun akan mendekat kepada kita. Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi, “Jika hamba-Ku datang dengan berjalan, maka Aku sambut kedatangannya dengan berlari. Jika hamba-Ku mendekatkan diri dalam satu hasta, maka Aku akan mendekatkan hanya dalam satu depa.”
Ketiga, dalam berkurban ada unsur ta’awun, yakni tolong menolong terhadap sesama. Dengan kata lain, berkurban ada unsur sosialnya. Tolong menolong berarti yang kuat menolong yang lemah dan yang kaya menolong yang miskin. Firman Allah, “Tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa. Dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Berkurban harus diakui di dalamya ada semangat tolong menolong. Dalam menyembelih hewan kurban yang paling kecil saja berupa kambing, tidak bisa dilakukan seoranmg diri. Apalagi kalau yang disembelih sapi, maka akan lebih memerlukan bantuan dan pertolongan pihak lain.
Tentu dalam tolong menolong ini, orang kaya tidak hanya menolong berupa daging kurban kepada fakir miskin. Perlu diperluas pengertian dalam tolong menolong, karena orang miskin tidak hanya butuh daging kurban, tetapi juga perlu beras, pakaian, pengobatan, biaya pendidikan, dan kebutuhan hidup lainnya.
Keempat, dalam berkurban tidak boleh dilupakan unsur ta’abud, yakni ibadah. Tanpa mengikutsertakan unsur yang satu ini, kurban tidak ada artinya alias tidak diterima di sisi Allah. Dengan demikian, niat dan tujuan kurban tidak boleh salah. Harus ikhlas dan niat dalam rangka melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan Nabi Ibrahim.
Karena berkurban ini dalam rangka beribadah, maka pelaksanaannya harus memperhatikan dan mengikuti tuntunan sebagaimana layaknya orang melaksanakan ibadah. Dalam menyembelih, selain pisaunya harus tajam juga binatang tersebut harus tidak cacat. Di antaranya matanya tidak buta, kakinya tidak pincang, dan bentuk hewannya tidak kurus.
Sebenarnya memang kegiatan manusia yang baik dan positif, termasuk berkurban hendaknya diniati ibadah jika kita ingin memperoleh pahala. Ini sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia. “Dan Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Bagi manusia yang menyadari akan keberadaaannya hidup di dunia, maka baginya tiada hari tanpa ibadah, termasuk berkurban tahun ini berupa kambing atau sapi. Yuk, kita berkurban! Yuk, kita ajak saudara-saudara kita dan teman-teman untuk berkurban.

0 komentar:

 

ikappi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates